Pedalaman Irian Jaya kembali merebut perhatian dunia. Di sela-sela kesu-nyian hutan belantara, tiba-tiba terlihat pasukan Baret Merah meluncur ke bumi lewat tali yang menjulur dari pintu sejumlah heli-kopter. Kemudian letusan bedil, kalang-kabut, dan kematian. Setelah itu terdengar ingar-bi-ngar kegembiraan menyambut kebebasan sem-bilan sandera yang dibekap oleh gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) selama empat bulan. Di balik itu terselip pula kepedihan, karena dua sandera lainnya tak pulang dalam keadaan hidup. Mereka dibunuh oleh anggota OPM, yang kehilangan delapan pendukung-nya.
Maka, berakhirlah penderitaan Tim Ekspe-disi Lorentz 1995, yang disandera gerombolan Kelly Kwalik sejak 8 Januari silam. Pujian bertubi disampaikan kepada jajaran ABRI, terutama ke alamat Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pimpinan Brigadir Jenderal Pra-bowo Subianto, yang selama ini berupaya keras membebaskan sandera.
Operasi militer yang dilancarkan ABRI pa-da 15 Mei itu memang dipandang sudah semestinya. Bahkan ada yang menilai agak terlambat. Sebelum operasi militer digelar, ABRI memang menempuh jalan persuasif. Upaya membujuk Kelly melalui mediator rohaniwan dan Komite Palang Merah Internasional dila-kukan dengan sabar dan hati-hati. Dalam tarik ulur itu, 15 anggota ABRI tewas dalam musi-bah di Timika dan Geselama. Namun yang di-peroleh dari Kelly hanyalah kekecewaan. Maka, tak ada jalan lain, kecuali menggempur le-wat Operasi Cenderawasih.
Di seputar masalah itulah, Laporan Utama minggu ini diarahkan. Bagian pertama, men-ceritakan proses pembebasan sandera, jalannya evakuasi, dan semarak sambutan masya-rakat. Bagian ini dilengkapi dengan kronolo-gi pembebasan. Bagian kedua, merunut kem-bali kisah penyanderaan hingga detik-detik terakhir menjelang operasi militer. Bagian ke-tiga, memuat pengalaman seorang sandera. Bagian keempat, galeri pengalaman sejumlah sandera dan komentar keluarga mereka. Ba-gian kelima, berisi wawancara dengan Briga-dir Jenderal Prabowo Subianto. Laporan Utama ini dilengkapi wawancara dengan Moses Weror, pimpinan OPM di Papua Nugini, Henry Fournier, Kepala Palang Merah Internasiorial di Jakarta. (Priyono B. Sumbogo)
Share. Soedoet pandang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar