Seharusnya
ketika doa Jokowi di kabulkan Allah, sebaiknya Jokowi dan PDIP pun
berbahagia dan mengadakan syukuran; kecil atau besar. Karena memang doa
yang di kabulkan itu adalah “berkah” dan tidak semua doa hamba bisa di
kabulkan oleh Allah.
Kira-kira
seperti berikut ini pernyataan Jokowi dulu: “Dukungan parlemen atau
dukungan politik itu diperlukan, tetapi apabila dimungkinkan. Tapi kalau
tidak, kita (pemerinthan) mendatang akan tetap berjalan,” kata Jokowi,
Senin (25/8/2014) dilansir Inilahcom.
Secara
tersirat, Jokowi memang tidak begitu menganggap penting keberadaan
lembaga Legislatif (DPR), padahal dalam berdemokrasi, DPR adalah lembaga
representatif rakyat sehingga fungsi “check and balance” berjalan
dengan baik dalam sistem pemerintahan. Tapi Jokowi tidak memahaminya,
sehingga wajar jika sekarang kubu Jokowi tidak mendapatkan jatah
pimpinan DPR di Legislatif, semua itu karena doa Jokowi terkabul.
Anehnya,
PDIP dan kubu Jokowi tidak menerima kekalahannya di lembaga DPR terkait
dengan pemilihan pimpinan DPR. Aksi menyalahkan pun terjadi, Demokrat
dan SBY di jadikan ” Kambing Hitam” lagi. Puan maharani mengaku sakit
hati karena di cuekin oleh SBY, padahal Puan Maharani, Jokowi dan
sejumlah orang pernah mau jumpa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun
SBY tidak merespon.
Lain pula dengan Megawati yang tampaknya sudah murka. Hal itu terlihat dari kicauannya di twitter sebagai berikut.
Wah,
hal itu bukanlah mental partai pemerintah, namun mental oposisinya
masih kelihatan, padahal beberapa waktu yang lalu PDIP sudah menyatakan
sebagai Partai Pendukung Pemerintah, namun kok begini jadinya? #mikir
Sebetulnya,
kekalahan Kubu Jokowi di Parlemen tidak lain dan tidak bukan karena
faktor PDIP dan Megawati sendiri yang gagal berkomunikasi politik yang
baik. Selain itu, bisa percaya atau tidak, semua itukan wujud dari
doanya Jokowi yang di kabulkan Allah, lalu mengapa Megawati murka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar