(Jakarta) Menjaga suatu amanat merupakan salah satu ciri kualitas kepribadian seseorang , namun karakter ini tak berlaku bagi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Meski ia seorang kader Partai Gerindra, namun keberadaan mantan Bupati Belitung di Gerindra sejak lama hanya bertujuan untuk mendongkrak karir politiknya.
Dugaan pengkhianatan Ahok tersebut mulai terlihat sejak dirinya sukses diusung Gerindra menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, mendampingi Gubernur Joko Widodo pada Pilkada DKI tahun 2012 lalu. Saat Joko Widodo yang juga hasil ‘godokan’ Gerindra mulai ‘memunggungi’ Gerindra, Ahok pun menjadi tameng untuk membela segala kebijakan Joko di berbagai hal, termasuk kebijakan pengadaan proyek bus TransJakarta bernilai 1,5 triliun rupiah.
Kelicikan Ahok nampak semakin jelas saat Pilpres 2014 lalu, Ahok yang mengaku kader Gerindra ternyata mulai terang-terangan menusuk dari belakang partai yang membesarkannya itu. Keganjilan itu nyata terlihat ketika orang nomor dua di DKI itu menyatakan tak memihak kubu koalisi PDIP maupun kubu Merah Putih di Pilpres. Lucunya, meski Ahok mengaku merasa serba salah berada di antara dua kubu, namun ia terlalu sering mengungkap prediksi kemenangan Joko Widodo.
Ahok yang sejak lama dicurigai berkhianat pada Gerindra ini diketahui memang seringkali menyudutkan koalisi Merah Putih, bahkan semakin berani menyerang Prabowo yang selama ini telah berjasa mempertaruhkan nama dan partainya.
"Enggak boleh, enggak boleh itu menarik diri dari Pilpres. Ada Undang-undangnya," ujar Ahok, saat mengetahui Prabowo menolak hasil rekapitulasi suara KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada 22 Juli 2014 lalu.
Sejumlah tanggapan dan sikap Ahok saat di pesta demokrasi nasional Indonesia itu menunjukkan berdiri di kubu mana Ahok sebenarnya.
share.SPEKTANEWS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar