Pages

Apakah Untung Membangun Kereta Cepat Di Indonesia?

Selasa, 01 Maret 2016

Sudah sering terdengar desas-desus pembangunan kereta Cepat untuk rute Jakarta-Bandung. Yang akhirnya diresmikan oleh Presiden Jokowi dengan melakukan groundbreaking atau pencangkulan tanah pertama di Perkebunan Mandalawangi Maswati, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 21 Januari 2016 kemarin.
Ketika acara peresmian tersebut, Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia mengemukakan bahwa kecepatan mengantar orang dan barang adalah penentu kompetisi.
Transportasi masal yang bernama MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transportation) serta kereta cepat, sudah sepatutnya didahulukan.
Ke depannya transportasi-transportasi masal itu dirancang untuk saling berhubungan untuk kepentingan penumpang.
Penumpang kereta akan cepat akan diterima oleh LRT Bandung Raya, begitu pula MRT di Jakarta.
Pembiayaan kereta cepat ini tidak menggunakan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). APBN sendiri akan digunakan untuk infrastruktur luar Jawa. Semisal jalan tol Makassar-Manado, kereta di papua. Hal tersebut ditujukan agar tidak ada istilah Jawa sentris, melainkan Indonesia sentris.
Kereta cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan biaya US$ 5.573 miliar oleh PT Kereta Cepat Indonesia Cina yang merupakan konsorsium BUMN Indonesia dan Konsorsium China Railways dengan skema business to business.
Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung nantinya akan berjarak 140.9 km, menghubungkan empat stasiun, yaitu; Halim (Jakarta, Karawang, Walini dan Tegal Luar (Bandung)). Nantinya, jika sudah beroperasi, waktu tempuh Jakarta-Bandung dengan menggunakan kereta cepat ini, hanya memakan waktu 35 menit
Di setiap stasiun akan dibangun Transit Oriented Development (TOD) untuk mendorong lahirnya sentra ekonomi baru di koridor Jakarta-Bandung. Untuk contohnya, di Walini, akan dibangun Kota Baru Walini. Selain itu, Kota Baru Karawang juga diprediksi menjadi pusat perkekonomian baru. Sementara di Tegal Luar akan dibangun kota berbasis teknologi informasi. Jlau kereta cepat pada akhirnya akan terhubung dengan LRT Bandung Raya (Soreang-Bandung-Jatinangor).
Baru-baru ini terdapat hasil dari studi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan bahwa rata-rata penumpang diperkirakan 44.000 per hari. Jika tarif tiket dipatok Rp 200 ribu, yang sudah tentu lebih mahal dari harga tiket kereta api eksekutif tujuan Jakarta-Bandung, yang bernilai Rp 120 ribu. Maka pendapatan dalam setahun dari kereta api cepat tersebut , berada di kisaran Rp 3.2 triliun. Pendapatan tersebut baru mengalir tiket, karena di setiap stasiun akan difungsikan sebagai lokasi bisnis, temasuk di Resor Walini.
Berdasarkan sumber yang berhasil dihimpun, terdapat sebuah kalimat yang mengartikan, bahwa proyek kereta api cepat ini sulit untuk memanen laba. Seorang analis dari Beijing Transport University, menyatakan bahwa hanya ada tiga proyek kereta api cepat yang bisa menuai laba atas biaya konstruksinya, yaitu jalur Tokyo-Osaka, Paris-Lyon dan Beijing-Shanghai.
Padatnya penduduk juga bisa dikatakan sebagai faktor penting untuk membuat proyek kereta api cepat ini menjadi menguntungkan. Jalur Beijing-Shanghai pun tidak serta merta menuai keuntungan setelah selesai pembangunan dan mulai beroperasi. Keuntungan tersebut baru diperoleh setelah tiga tahun beroperasi, senilai 1.3 juta yuan.
Selain peluang, tentu banyak pekerjaan rumah dan risiko yang harus diantisipasi. Kembali ke kereta cepat yang sedang dalam proses pengerjaan di Indonesia, selain analisis dampak mengenai lingkungan hidup yang harus dikaji secara mendalam, jalur yang dilalui disebut-sebut sebagai jalur rawan gempa dan longsor. Paling rawan justru di area lokasi Walini, tempat groundbreaking.
Salah satu alasan bekerja sama dengan negeri Tiongkok adalah kemampuannya membangun di berbagai jenis lahan yang ada. Mulai dari lahan di area tropis seperti di Indonesia, sampai daratan yang labil di gurun Gobi, untuk jalur Beijing-Urumqi, Xinjiang.
kereta cepat
doc. : vibiznews.com
Sudah diketahui sedikit peluang keuntungan yang akan didapat dari proyek kereta cepat ini. Namun, apakah hanya itu saja? Mari kita lihat, untung rugi proyek kereta cepat yang sudah dilakukan groundbreaking ini.
1. Pembangunan proyek kereta api cepat akan memakan biaya US$ 5.5 miliar di luar biaya untuk pembebasan lahan untuk jalur kereta api cepat milik PT Perkebunan Nusantara 8 dan PT Jasa Marga, karena aset kedua BUMN tersebut sudah dimasukan dalam penyertaan modal.
2. PT Kereta Cepat Indonesia China untuk membangun proyek tersebut, mendapat suntikan dana dari China Development Bank sebesar US$ 5.5 miliar atau setara dengan Rp 80 triliun dengan fasilitas dari China Railway Internasional Group yang merupakan produsen Kereta Api Cepat HSRC. Artinya PT Pilar Sinergi BUMN mempunyai kewajiban untuk membayar kredit pada China Development Bank sebesar 60% dikali Rp 80 triliun atau sekitar Rp 48 triliun dalam waktu yang ditentukan dan CRIG (China Railway Internasional Group) menanggung sisanya.
3. Keuntungan CRIG dalam proyek tersebut di antaranya ketika groundbreaking oleh Jokowi, Saham CRIG langsung naik 3%. Harga yang digunakan untuk membangun proyek kereta cepat tiga kali harganya yang dibebankan pada PT KCIC yaitu perkilometer US$ 36.6 juta, dibandingkan dengan harga proyek kereta api cepat yang dibangun di China dengan rute Haikou-Sanya sejauh 305 km. Dengan harga per kilometernya hanya US$ 10 juta dengan jalur yang memiliki humidity, kontur tanah, keadaan geologi, cuaca, dilalui jalur gempa bumi, yang lebih sulit daripada jalur Jakarta-Bandung.
4. Segala jenis peralatan dan perlengkapan mulai dari rel, kabel, instalasi elektriknya, lokomotif untuk membangun Kereta Cepat diimpor dari China dan tidak kena bea masuk.
5. Investor dan berinvestasi infrastruktur diharapkan membuka lapangan kerja baru bagi rakyat, namun rencananya 89% pekerja berasal dari China.
6. Tidak satu pun di negara-negara yang bekerja sama dengan CRIG dalam membangun high speed by railway line, CRIG tidak meminta jaminan dari pemerintah yang bekerja sama dengan CRIG. Sekalipun Investasi Private Finance Initiative atau murni tanpa menggunakan APBN, tetap saja CRIG akan meminta jaminan pada pemerintah berupa ‘Sovereign Guarantee’ yaitu jaminan infrastruktur publik yang dikeluarkan oleh pemerintah RI hal dibuktikan dengan Perpres 2016 yang baru dikeluarkan oleh Jokowi.
7. Jaminan dari pemerintah meliputi keberlangsungan proyek kereta api cepat hingga selesai.
8. Untuk mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) pasti CDB akan meminta Subsidiary Loan Agreement (SLA) dari Pemerintah untuk menjamin pinjaman PT Pilar Sinergi BUMN.
9. Jika dalam perjalanannya, kereta api cepat merugi berkepanjangan, maka para pemegang saham diminta untuk menyuntikkan capital work jika PT Sinergi Pilar BUMN gagal menyuntikkan modal maka sahamnya di PT KCIC akan otomatis terdilusi.

Subscribe your email address now to get the latest articles from us

Tidak ada komentar:

 
Copyright © 2015. PRESIDEN ber-NYALI.
Design by . Published by Themes Paper. Powered by .
Creative Commons License