Oleh. Coolis noer
ini, saya mau menayangkan artikel yang bisa membuat hati adem. Terlepas dari ramainya pemberitaan dan artikel yang membahas tentang pemilu, kali ini saya mau menayangkan artikel yang bisa disebut sebagai sebuah cerita. Meskipun tak sehangat pemberitaan itu, namun mudah-mudahan cerita ini bisa sedikit merelaxkan para pengamat dan pemerhati politik yang ingin rehat sejenak membaca sebauah artikel yang keluar dari pembahasan tersebut.
ini, saya mau menayangkan artikel yang bisa membuat hati adem. Terlepas dari ramainya pemberitaan dan artikel yang membahas tentang pemilu, kali ini saya mau menayangkan artikel yang bisa disebut sebagai sebuah cerita. Meskipun tak sehangat pemberitaan itu, namun mudah-mudahan cerita ini bisa sedikit merelaxkan para pengamat dan pemerhati politik yang ingin rehat sejenak membaca sebauah artikel yang keluar dari pembahasan tersebut.
Kemarin, kebetulan saya mendapat tanggung jawab menyusun sebuah script drama sebuah pertunjukan kesenian. Sayang draft sinopsisnya saya simpan sendiri. Mungkin sudah banyak yang tahu dan banyak yang mendengar menyaksikan langsung pertunjukan kesenian Reog Ponrogo ini, tapi bagaimana dengan sejarah penciptaannya?Menurut cerita yang paling masyhur, yang saya dapat dari internet juga sih, tapi dimana-mana situs yang menuliskannya, ceritanya hampir sebagian besar membahas dengan kisah cerita seperti ini. Namun sayangnya di situs-situs tersebut, jarang menceritakan adegan lengkapnya. Nah kali ini, di sini, saya mau menceritakan kronologis peristiwanya di TKP secara runut ketika cerita tersebut akhirnya menelorkan sebuah mahakarya yang pernah membuat iri Negara tetangga karena keunikannya ini.
Jadi ceritanya begini,
Dahulu kala, hduplah seorang putri raja nan cantik jelita bernama Dewi Sangga Langit. Ia adalah putri raja kediri yang lemah lembut perilakunya. Perilakunya yang juga mencerminkan paras dirinya itulah yang akhirnya membuat banyak orang jatuh cinta padanya. Banyak pangeran yang datang melamarnya, namun tak satupun diterima.
Keinginan sang raja kediri kepada Dewi Sanggalangit untuk segera menimang cucu mengingat sang raja sendiri sudah berusia tua membuat Dewi Sanggalangit sedikit gusar. Ia sendiri belum bisa menentukan calon suami seperti apa yang ia dambakan. Akhirnya ia melakukan semedi untuk meminta petunjuk kepada sang pencipta.
Setelah 3 hari bersemedi, terdengarlah suara gaib yang mengatakan bahwa suami yang baik untuk dirinya adalah seorang yang bisa menghadirkan tontonan yang unik dan menarik yang belum pernah ada di pesta pernikahannya nanti. Syarat utama yang harus disajikan dalam tontonan utama tersebut adalah seni tarian diiringi tabuha gamelan, dilengkapi barisan kuda hitam kembar berbaris sebanyak 140 ekor, serta harus bisa mendatangkan binatang berkepala dua.
Dewi Sanggalangit lalu mengatakan kepada ayahandanya soal persaratan calon suaminya tersebut. Ayahanda dan ibundanya terkejut bukan main mendengar persyaratan yang sangat berat tersebut. Namun apa boleh buat, ayahandanya tidak bisa menolak keinginan putrinya tersebut karena ia sendiri sudah tua, dan sudah saatnya ia mendapat pengganti yang tepat secepatnya.
Sang raja lalu meminta pengawalnya untuk mengumumkan kepada segenap masyarakat dan kerajaan tetangga bahwa ia mengadakan sayembara untuk mencari calon pendamping putrinya tersebut. Banyak para bangsawan yang menjadi ciut nyalinya untuk mempersunting sang Putri kediri setelah mendengar persyaratan yang diajukannya.
Akhirnya tinggal dua orang saja yang mengatakan kesanggupannya memenuhi permintaan sang Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singobarong dari Kerajaan Lodaya, dan Raja Kelana Swandana dari kerajaan Bandarangin.
Baginda raja kediri sangat terkejut mendengar kesanggupan edua raja tersebut. Terbersit dalam hatinya mengatakan “apa gak ada pilihan lain?”. Baginda raja sangat terkejut karena kedua raja yang bersedia menyanggupi permintaan putrinya tersebut adalah raja-raja yang tidak memiliki tabiat baik. raja singobarong dari kerajaan Lodaya adalah manusia yang anh. Wataknya tak uabhnya seperti seekor singa yang tak segan-segan melkukan kekerasan untuk mendapatkan apa yang ia mau. Sedang raja Kelana dari Bandarangin adalah raja yang gagah perkasa dan berwajah tampan, namun ia adalah manusia sodom yang suka pada setiap anak-anak kecil, setiap anak kecil ia anggapnya sebagai wanita yang cantik jelita.
Namun semua sudah terlanjur, dewi sanggalangit tak bisa membatalkan persyaratan yang diumumkan.
Raja singobarong memiliki tabiat sangat buruk dalam memimpin kerajaan. Ia adalah raja yang sangat bengis dan kejam. Tak canggung ia membunuh anak buahnya yang berani membangkang. Raja singbarong memiliki rambut yang tebal di sekujur tubuhnya. Ia memelihara seekor burung merak untuk mengambil kutu-kutu dipunggungnya. Ia juga memiliki kesaktian yang sangat hebat. Ketika ia murka karena sesuatu hal yang membuatnya tak bisa mengontrol emosinya, maka ia akan berubah bentuk menjadi seeorang manusia berkepala harimau. Bulu-bulu lebat di sekujur tubuhnya akan berdiri seperti seekor singa yang sedang marah.
Raja singobarong sendiri pun sudah memiliki puluhan selir, namun ia belum mengambil satu dari puluhan selirnya tersebut untuk dijadikan permaisuri. Ia pun berujar bahwa ia tidak akan menjadikan seorangpun sebagai permaisuri kecuali dewi Sanggalangit dari kerajaan kediri. Untuk itulah ia sangat berhasrat menikahi dewi S dengan memnuhi segala persyaratannya.
Di kerajaannya, Kerajaan Lodaya, Raja Singobarong memerintahkan kepada seluruh prajuritnya mencari kuda hitam kembar berjumlah 70 pasang/140 ekor. Kuda hitam kembar bisa ditemukan dalam beberapa hari, namun ia kesusahan mencari sosok binatang berkepala dua. Begitupun kreasi kesenian yang belum pernah ada.
Ia memanggil patihnya, Iderkala, pada suatu hari untuk menyelidiki kesiapan rivalnya, raja Kelana Swandana dalam memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Berangkatlah patih Iderkala ke kerajan bandarangin bersama beberapa prajurit. Mereka menyamar menjadi seorang pedaganag. Setelah melakukan pengamatan dengan sksama, ia kembali ke kerajaan Lodaya dn melaporkan kepada rajanya bahwa persiapan Raja KElana Swanda hampir beres.
Raja singobarong menjadi murka mengetahui hal tersebut. Ia lalu menyusun akal untuk mengggagalkan persiapan rivalnya. Ia lalu memerintahkan intelijennya untuk memata-matai persiapan raja kelana. Ia juga menyruh patihnya tersebut untuk mempersiapkan prajurit terlatih sebanyak-banyaknya untuk menghadang pasukan kerajaan bandarangin untuk merebut dan menggagalkan rencana raja Kelana Swanda di tengah perjalanannya datang ke kerajaan kediri melamar dewi sangga.
Di kerajaan Bandarangin, ditengah persiapannya membuat pertunjukan yang unik dan beda, para pendeta istana dan patih pujanggeleng memberikan nasihatnya kepada sang raja kelana untuk meninggalkan kebiasaan buruk sodomnya tersebut. Mengingat karena kelakuannya yang buruk tersebut bisa menggagalkan rencananya mempersunting dewi sangga. Namun nasihat tersebut tak pernah diindahannya.
Hingga pada suatu hari, Raja kelana megumpulkan seluruh pendeta istana dan para patih di istananya. Ia berkata bahwa ia akan menghentikan kebiasaan buruknya itu jika ia berhasil mempersunting sang dewi kediri. Sebab ia pernah bermimpi bertemu dewi sanggalangit, dan sejak pertemuannya itu ia tak lagi mencabuli anak-anak laki-laki.
Para pendeta dan patih pun akhirnya mendukung kinginan sang raja. Merekalalu semakin antusias mempersiapkan kesenian yang akan dibawa ke kerajaan kediri. Masyarakat pun bahu membahu membantu mempersiapkan persiapan yang akan merubah kelakuan pemimpin mereka yang adil dan bijaksana tersebut untuk menjadi laki-laki normal seutuhnya.
Karena medapat dukungan seluruh pejabat istana dan segenap rakyatnya, persiapan yang dilakukan raja kelana pun dapat terselesaiakan dalam tempo yang cepat. Hanya saja binatang berkepala dua yang belum ia dapatkan. patih pujanggeleng yang mencari biinatang tersebut pun angkat tangan tak dapat menemukannya. Sang raja yang memang bijaksana pun memaklumi keterbatasan patihnya tersebut.
Pada suatu hari sang raja Kelana mencium gelagat yang tidak baik ketika sedang jalan-jalan di pasar. Ia mencurigai kerajaan tetangga ingin bermain curang dalam mempersiapkan persyaratan melamar dewi sangga ini. ia lalu memerintahkan patihnya untuk menyamar menjadi pedagang dan menyelidiki apa yang terjadi. Sang patih pun segera tanggap dengan maksud perintah tersebut.
Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng segera melakukan penyisiran. Ternyata ada penyusup dari kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujanggeleng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodoya itu datang ke Bandarangin.
Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodoya. Namun sebelum melewati perbatasan, anak buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya.
Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.
“Apa yang kau dapatkan?” tanya Raja Kelanaswandana.
“Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam perjalanan menuju Kediri.”
“Kurang ajar!“ sahut Raja Kelanaswandana. “Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara kita.”
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera pergi ke tamansari (tempat dimana ia mengurung burung meraknya) untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera pergi ke tamansari (tempat dimana ia mengurung burung meraknya) untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
“Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku!” teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.
Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong.
Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong terlena dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di tamansari siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan dihukum mati.
Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin.
Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengan suara ribut-ribut. Sementara si burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.
“Hai mengapa kalian ribut-ribut?” teriak Raja Singabarong.
Tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana. Raja Bandarangin itu tahu-tahu sudah berada di hadapan Raja Singabarong.
Raja Singabarong terkejut sekali. “Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari?”
“Jangan pura-pura bodoh!” sahut Raja Kelanaswandana. “Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!”
“Hem, jadi kau sudah tahu!” sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
“Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!” berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
“Hem, jadi kau sudah tahu!” sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
“Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!” berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
“Jhedhaaar…!” begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singabarong terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu kepala harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
“Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“Ayahanda… apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba?”
“Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.” tutur Dewi Sanggalangit.
Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.
Share.Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar